Rabu, 03 September 2008

Fakultas Kedokteran Unismuh Banyak Peminatnya


“Suatu waktu pada tahun 2006, saya selaku Pembantu Rektor I mengurus pembukaan program studi Magister Manajemen PPs Unismuh di Kantor Mendiknas Jakarta. Saya bertemu langsung dengan Mendiknas, Bapak Prof Bambang Soedibyo. Setelah saya menjelaskan rencana membuka program studi MM, beliau malah balik menantang dengan mengatakan, jangan cuma program MM yang dibuka, tetapi buka juga Fakultas Kedokteran, karena Fakultas Kedokteran ke depan cukup bagus prospeknya.” 

-- Abdul Rahman Rahim -- 
(Pembantu Rektor I Unismuh Makassar)


--------

H Rahman Rahim SE MM:



Fakultas Kedokteran Unismuh Banyak Peminatnya


Pengantar:
Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kini makin “mentereng”, bukan cuma karena sedang membangun gedung belasan tingkat, melainkan juga karena telah mendapatkan izin membuka Fakultas Kedokteran.
Dengan demikian, perguruan tinggi Muhammadiyah terbesar di kawasan timur Indonesia itu kini telah memiliki tujuh fakultas. Enam lainnya yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi (Fekon), Fakultas Pertanian (Faper), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Politik (Fisipol), dan Fakultas Agama Islam (FAI).
Bagaimana ide awalnya hingga turunnya Surat Keputusan dari Mendiknas tentang pembukaan Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar, berikut petikan wawancara kru Info Al-Amien, dengan Pembantu Rektor I Unismuh Makassar, H. Rahman Rahim SE MM.

***

Info Al-Amien (IAI) : Selamat atas turunnya SK dari Mendiknas kepada Unismuh untuk membuka Fakultas Kedokteran.
Rahman Rahim (RR) : Terima kasih.

IAI : Bagaimana sebenarnya ide awal pembukaan Fakultas Kedokteran di Unismuh Makassar?
RR : Badan Pelaksana Harian (BPH) sebenarnya sudah lama memikirkan membuka Fakultas Kedokteran, bahkan Unismuh pernah mencoba Fakultas Keperawatan, tetapi hingga beberapa tahun kemudian ternyata belum terwujud.
Suatu waktu pada tahun 2006, saya selaku Pembantu Rektor I mengurus pembukaan program studi Magister Manajemen PPs Unismuh di Kantor Mendiknas Jakarta. Saya bertemu langsung dengan Mendiknas, Bapak Prof Bambang Soedibyo.
Setelah saya menjelaskan rencana membuka program studi MM, beliau malah balik menantang dengan mengatakan, jangan cuma program MM yang dibuka, tetapi buka juga Fakultas Kedokteran, karena Fakultas Kedokteran ke depan cukup bagus prospeknya.
Tantangan Mendiknas tersebut kemudian saya bawa ke dalam rapat pimpinan universitas yang dipimpin langsung Pak Rektor (DR M Irwan Akib). BPH dan Rektor ternyata menyambut positif tantangan Pak Menteri dan saya selaku Pembantu Rektor I kemudian diberi tugas selaku penanggungjawab pendirian Fakultas Kedokteran.
Saya kemudian mencona menghubungi beberapa teman di Fakultas Kedokteran Unhas dan selanjutnya mendiskusikan rencana tersebut.
Ketika salat subuh di Masjid Perumahan Bukit Baruga, secara kebetulan saya bertemu dengan salah seorang dokter yang juga kader Muhammadiyah. Namanya, dokter Budu (dr. Budu PhD SpM).
Saya menyampaikan rencana pembukaan Fakultas Kedokteran Unismuh dan beliau langsung memberikan sambutan positif. Kami pun berdiskusi, bahkan diskusinya berlanjut hingga tiga subuh berturut-turut.
Dokter Budu kemudian memfasilitas kami bertemu dengan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas. Saya bersama Pak Rektor datang langsung dan membicarakan rencana tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan Dekan FK Unhas tentang syarat dan rambu-rambu pembukaan FK, terus terang kami menganggap itu sangat berat, tetapi kami justru makin bergairah untuk segera menyiapkan dan melengkapi syarat dan rambu-rambu yang dibutuhkan itu.
Kami kemudian mengadakan rapat di Unismuh dan membentuk panitia pembentukan Fakultas Kedokteran dan saya selaku penanggungjawab. Nama-nama panitia selanjutnya kami sodorkan ke FK Unhas, tetapi ditolak. Kami kemudian mengganti susunan panitianya dan lagi-lagi ditolak. Rupanya FK Unhas menginginkan agar dalam kepanitiaan harus orang Unismuh yang dominant dan bukannya orang Unhas.
Kami pun akhirnya sepakat menunjuk Ir A Ifayani Haanurat MM sebagai ketua panitia dan saya sebagai penanggungjawab.
FK Unhas kemudian meminta saya dan panitia melakukan studi banding ke FK Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan saya juga berkunjung ke FK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari studi banding tersebut, kami mendapat gambaran tentang bagaimana membuat proposal pembukaan FK.
Selain itu, kami juga mendapatkan pelajaran berharga bahwa untuk membuka FK harus ada komitmen yang kuat dari pimpinan universitas. Panitia juga harus bekerja secara ikhlas tanpa pamrih dan itu mendapat respon yang sangat baik dari Ketua BPH Unismuh, KH Djamaluddin Amien.
Kami pun mendapat gambaran tentang estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membuka FK, yakni sedikitnya Rp 5 miliar untuk sarana dan prasarana. Itu belum termasuk sumber daya manusianya, yakni staf karyawan dan tenaga pengajar. Juga belum termasuk uang jaminan di bank sebesar Rp 2 miliar yang bertujuan menjaga kesinambungan proses perkuliahan tanpa ketergantungan biaya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut dan demi memuluskan rencana, kami melakukan berbagai manuver, antara lain bersilaturrahim dengan berbagai kalangan, baik di Makassar maupun di Jakarta. Kami juga bertemu dengan pengurus KKI (Koncil Kedokteran Indonesia).
Setelah persiapan sudah matang, kami mengundang KKI untuk melakukan visitasi ke Unismuh Makassar. Rombongan KKI yang dipimpin Prof Dr Birau, kemudian datang ke Unismuh dan melakukan kunjungan selama tiga hari untuk menilai layak tidaknya Unismuh diberi izin membuka FK.
Mereka ternyata menganggap layak, tetapi dengan beberapa catatan, antara lain harus ada komitmen yang kuat dari pimpinan universitas, harus disiapkan sarana dan prasarana yang memadai terutama laboratorium, sumber daya manusianya, kurikulum, modul pembelajaran, analisis pasar, serta analisis keuangan dan pembiayaan.
Tahun 2008, izin operasional dari Mendiknas akhirnya turun, dan Unismuh satu-satunya yang diberi izi dari lima perguruan tinggi di kawasan timur Indonesia yang mengajukan permohonan.

IAI : Bagaimana dengan kuota mahasiswa yang akan diterima?
RR : Kuota ditetapkan langsung oleh KKI yakni FK Unismuh Makassar hanya boleh menerima mahasiswa maksimal 50 orang. Kuota tersebut ditetapkan berdasarkan analisa kebutuhan tenaga dokter, kemampuan perguruan tinggi penyelenggara.

IAI : Apakah kuota tersebut sudah cukup, terlalu banyak, atau masih kurang?
RR : Setelah dibuka pendaftaran ternyata yang mengambil formulir hingga pertengahan Agustus ini sudah lebih dari 400 orang dan sudah ada 40 orang yang mengembalikan formulir. Kalau memang peminatnya banyak, kami akan mengupayakan meminta tambahan kuota menjadi 60 orang.

IAI : Berapa besar uang pangkal yang dibebankan kepada calon maba FK?
RR : Sekitar Rp 80 jutaan. Awalnya kami menganggap jumlah tersebut terlalu besar dan membebani calon maba, tetapi ternyata peminatnya tetap besar. Mungkin masyarakat juga jeli melihat peluang, karena ke depan kebutuhan akan tenaga dokter tetap besar, terutama di daerah-daerah.

IAI : Bagaimana dengan calon maba pada fakultas lain di Unismuh?
RR : Saya melihat penyebaran pendaftar makin bagus ke seluruh fakultas. Jumlah pendaftar calon maba juga mengalami peningkatan terutama dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2005, pendaftar tercatat sekitar 3.200 orang, tahun 2006 sekitar 4.800 orang, dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi sekitar 5.500 orang.
Unismuh dewasa ini membina tujuh fakultas, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi (Fekon), Fakultas Pertanian (Faper), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Politik (Fisipol), Fakultas Agama Islam (FAI), serta Fakultas Kedokteran.
Jumlah program studi 23. Selain itu, kami juga sudah sejak beberapa tahun lalu membuka Program Pascasarjana (PPs).

IAI : Terima kasih atas kesediaannya diwawancarai dan selamat atas dibukanya FK Unismuh!
RR : Sama-sama. (asnawin)

Tidak ada komentar: