“Suatu
waktu pada tahun 2006, saya selaku Pembantu Rektor I mengurus pembukaan program
studi Magister Manajemen PPs Unismuh di Kantor Mendiknas Jakarta. Saya bertemu
langsung dengan Mendiknas, Bapak Prof Bambang Soedibyo. Setelah saya
menjelaskan rencana membuka program studi MM, beliau malah balik menantang
dengan mengatakan, jangan cuma program MM yang dibuka, tetapi buka juga
Fakultas Kedokteran, karena Fakultas Kedokteran ke depan cukup bagus
prospeknya.”
-- Abdul Rahman
Rahim --
(Pembantu
Rektor I Unismuh Makassar)
--------
H Rahman Rahim
SE MM:
Fakultas
Kedokteran Unismuh Banyak Peminatnya
Pengantar:
Universitas Muhammadiyah (Unismuh)
Makassar kini makin “mentereng”, bukan cuma karena sedang membangun gedung
belasan tingkat, melainkan juga karena telah mendapatkan izin membuka Fakultas
Kedokteran.
Dengan demikian, perguruan tinggi
Muhammadiyah terbesar di kawasan timur Indonesia itu kini telah memiliki tujuh
fakultas. Enam lainnya yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Fakultas Ekonomi (Fekon), Fakultas Pertanian (Faper), Fakultas Teknik (FT),
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Politik (Fisipol), dan Fakultas Agama Islam
(FAI).
Bagaimana ide awalnya hingga turunnya
Surat Keputusan dari Mendiknas tentang pembukaan Fakultas Kedokteran Unismuh
Makassar, berikut petikan wawancara kru Info Al-Amien, dengan Pembantu Rektor I
Unismuh Makassar, H. Rahman Rahim SE MM.
***
Info
Al-Amien (IAI) : Selamat atas turunnya SK dari Mendiknas kepada Unismuh untuk
membuka Fakultas Kedokteran.
Rahman
Rahim (RR) : Terima kasih.
IAI
: Bagaimana sebenarnya ide awal pembukaan Fakultas Kedokteran di Unismuh
Makassar?
RR
: Badan Pelaksana Harian (BPH) sebenarnya sudah lama memikirkan membuka
Fakultas Kedokteran, bahkan Unismuh pernah mencoba Fakultas Keperawatan, tetapi
hingga beberapa tahun kemudian ternyata belum terwujud.
Suatu waktu pada tahun 2006, saya selaku
Pembantu Rektor I mengurus pembukaan program studi Magister Manajemen PPs
Unismuh di Kantor Mendiknas Jakarta. Saya bertemu langsung dengan Mendiknas,
Bapak Prof Bambang Soedibyo.
Setelah saya menjelaskan rencana membuka
program studi MM, beliau malah balik menantang dengan mengatakan, jangan cuma
program MM yang dibuka, tetapi buka juga Fakultas Kedokteran, karena Fakultas
Kedokteran ke depan cukup bagus prospeknya.
Tantangan Mendiknas tersebut kemudian
saya bawa ke dalam rapat pimpinan universitas yang dipimpin langsung Pak Rektor
(DR M Irwan Akib). BPH dan Rektor ternyata menyambut positif tantangan Pak
Menteri dan saya selaku Pembantu Rektor I kemudian diberi tugas selaku
penanggungjawab pendirian Fakultas Kedokteran.
Saya kemudian mencona menghubungi
beberapa teman di Fakultas Kedokteran Unhas dan selanjutnya mendiskusikan
rencana tersebut.
Ketika salat subuh di Masjid Perumahan
Bukit Baruga, secara kebetulan saya bertemu dengan salah seorang dokter yang
juga kader Muhammadiyah. Namanya, dokter Budu (dr. Budu PhD SpM).
Saya menyampaikan rencana pembukaan
Fakultas Kedokteran Unismuh dan beliau langsung memberikan sambutan positif.
Kami pun berdiskusi, bahkan diskusinya berlanjut hingga tiga subuh
berturut-turut.
Dokter Budu kemudian memfasilitas kami
bertemu dengan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas. Saya bersama Pak Rektor datang
langsung dan membicarakan rencana tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan Dekan FK
Unhas tentang syarat dan rambu-rambu pembukaan FK, terus terang kami menganggap
itu sangat berat, tetapi kami justru makin bergairah untuk segera menyiapkan
dan melengkapi syarat dan rambu-rambu yang dibutuhkan itu.
Kami kemudian mengadakan rapat di
Unismuh dan membentuk panitia pembentukan Fakultas Kedokteran dan saya selaku
penanggungjawab. Nama-nama panitia selanjutnya kami sodorkan ke FK Unhas,
tetapi ditolak. Kami kemudian mengganti susunan panitianya dan lagi-lagi
ditolak. Rupanya FK Unhas menginginkan agar dalam kepanitiaan harus orang
Unismuh yang dominant dan bukannya orang Unhas.
Kami pun akhirnya sepakat menunjuk Ir A
Ifayani Haanurat MM sebagai ketua panitia dan saya sebagai penanggungjawab.
FK Unhas kemudian meminta saya dan
panitia melakukan studi banding ke FK Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
dan saya juga berkunjung ke FK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari studi
banding tersebut, kami mendapat gambaran tentang bagaimana membuat proposal
pembukaan FK.
Selain itu, kami juga mendapatkan
pelajaran berharga bahwa untuk membuka FK harus ada komitmen yang kuat dari
pimpinan universitas. Panitia juga harus bekerja secara ikhlas tanpa pamrih dan
itu mendapat respon yang sangat baik dari Ketua BPH Unismuh, KH Djamaluddin
Amien.
Kami pun mendapat gambaran tentang
estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membuka FK, yakni sedikitnya Rp 5 miliar
untuk sarana dan prasarana. Itu belum termasuk sumber daya manusianya, yakni
staf karyawan dan tenaga pengajar. Juga belum termasuk uang jaminan di bank
sebesar Rp 2 miliar yang bertujuan menjaga kesinambungan proses perkuliahan
tanpa ketergantungan biaya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan
tersebut dan demi memuluskan rencana, kami melakukan berbagai manuver, antara
lain bersilaturrahim dengan berbagai kalangan, baik di Makassar maupun di
Jakarta. Kami juga bertemu dengan pengurus KKI (Koncil Kedokteran Indonesia).
Setelah persiapan sudah matang, kami
mengundang KKI untuk melakukan visitasi ke Unismuh Makassar. Rombongan KKI yang
dipimpin Prof Dr Birau, kemudian datang ke Unismuh dan melakukan kunjungan
selama tiga hari untuk menilai layak tidaknya Unismuh diberi izin membuka FK.
Mereka ternyata menganggap layak, tetapi
dengan beberapa catatan, antara lain harus ada komitmen yang kuat dari pimpinan
universitas, harus disiapkan sarana dan prasarana yang memadai terutama
laboratorium, sumber daya manusianya, kurikulum, modul pembelajaran, analisis
pasar, serta analisis keuangan dan pembiayaan.
Tahun 2008, izin operasional dari
Mendiknas akhirnya turun, dan Unismuh satu-satunya yang diberi izi dari lima
perguruan tinggi di kawasan timur Indonesia yang mengajukan permohonan.
IAI
: Bagaimana dengan kuota mahasiswa yang akan diterima?
RR
: Kuota ditetapkan langsung oleh KKI yakni FK Unismuh Makassar hanya boleh
menerima mahasiswa maksimal 50 orang. Kuota tersebut ditetapkan berdasarkan
analisa kebutuhan tenaga dokter, kemampuan perguruan tinggi penyelenggara.
IAI
: Apakah kuota tersebut sudah cukup, terlalu banyak, atau masih kurang?
RR
: Setelah dibuka pendaftaran ternyata yang mengambil formulir hingga
pertengahan Agustus ini sudah lebih dari 400 orang dan sudah ada 40 orang yang
mengembalikan formulir. Kalau memang peminatnya banyak, kami akan mengupayakan
meminta tambahan kuota menjadi 60 orang.
IAI
: Berapa besar uang pangkal yang dibebankan kepada calon maba FK?
RR
: Sekitar Rp 80 jutaan. Awalnya kami menganggap jumlah tersebut terlalu besar
dan membebani calon maba, tetapi ternyata peminatnya tetap besar. Mungkin
masyarakat juga jeli melihat peluang, karena ke depan kebutuhan akan tenaga
dokter tetap besar, terutama di daerah-daerah.
IAI
: Bagaimana dengan calon maba pada fakultas lain di Unismuh?
RR
: Saya melihat penyebaran pendaftar makin bagus ke seluruh fakultas. Jumlah
pendaftar calon maba juga mengalami peningkatan terutama dalam tiga tahun
terakhir. Tahun 2005, pendaftar tercatat sekitar 3.200 orang, tahun 2006
sekitar 4.800 orang, dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi sekitar 5.500 orang.
Unismuh dewasa ini membina tujuh
fakultas, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi
(Fekon), Fakultas Pertanian (Faper), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu-ilmu
Sosial dan Politik (Fisipol), Fakultas Agama Islam (FAI), serta Fakultas
Kedokteran.
Jumlah program studi 23. Selain itu,
kami juga sudah sejak beberapa tahun lalu membuka Program Pascasarjana (PPs).
IAI
: Terima kasih atas kesediaannya diwawancarai dan selamat atas dibukanya FK
Unismuh!
RR
: Sama-sama. (asnawin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar